TRAGEDI AKHIR PERJUANGAN ANAK MUDA

PIALA ASIA U-17
*TRAGEDI AKHIR PERJUANGAN ANAK MUDA*
Oleh :Sarwono mantan reporter olah raga rri
menaranews.online”Lirik lagu KUPU2 MALAM karya almarhumah Titik Puspa ini cocok untuk pembuka tulisan perempat final sepakbola Piala Asia U – 17. Distadion King Abdullah Jeddah semalam, timnas Indonesia dicukur plontos 6 gol tanpa balas oleh skuad Kuda Terbang dari negeri siluman julukan timnas Korea Utara. Ini bukan hoax tapi nyata, fakta. Skuad Garuda Muda yang gagah perkasa mengibarkan merah putih sampai 16 besar Piala Asia U- 17, kehabisan daya diperempat final.
Garuda Muda seperti tak tahu cara bermain sepakbola. Pertanyaannya, kemana kedigdayaan yang mampu sapu bersih tiga kali laga babak 16 besar dan koleksi 9 nilai.
Dalam pertandingan semalam Korea Utara tampil dengan ciri khas bertanding gaya speed and power. Walau tidak disertai individual skill prima seperti Korea Selatan yang dikalahkan dibabak 16 besar. Tapi mengapa justru tidak berkutik lawan skuad kuda terbang negeri siluman julukan timnas Korea Utara. Kemasukan satu gol ketika laga baru berjalan 6 menit, timnas Garuda sudah kena mental.
Permainan mulai down. Gol kedua di menit ke – 17 babak pertama seperti mematahkan sayap skuad Garuda. Sebelum turun minum Korea Utara unggul 2 -‘ 0.
Babak kedua skuad kuda terbang makin merajalela mampu mendikte permainan. Sementara skuad Garuda yang seperti patah kedua sayapnya, semakin terlatih.
Permainan tidak berkembang, serba salah. Padahal semula diharapkan babak kedua Nova Arianto mampu merubah strategi untuk membendung gerak lawan. Nyatanya tidak, anak-anak besutannya semakin menjadi mainan lawan. Sehingga tambahan 4 gol untuk Korea Utara tidak dapat dicegah. Bahkan kesebelasan lawan bertanding sangat santai, andaikan ingin menambah golpun jelas tidak kesulitan.
Tapi lawan cukup toleran. Kemenangan 6 – 0 cukup.
Jika merunut prestasi sebelumnya peristiwa kebobolan 6 gol tanpa mampu membalas, pasti ada sesuatu yang salah. Pemain U – 17 adalah anak generasi Z, bukan melenial. Anak2 generasi Z ini memiliki karakter berbeda, perlu pendekatan psikologis mendalam. Tidak cukup oleh pelatih dan menejer pertandingan. Offisial perlu dilengkapi psikolog.
Sanjungan dan pujian berlebihan justru meracuni, apalagi jika sebelumnya ada yang menghakimi. Seakan perjuangan anak-anak U – 17 yang mengharumkan nama bangsa akan maju berlaga di Piala Dunia dianggap belum pantas. Kok tega mengucapkan. Padahal anak-anak remaja itu perjuangannya sangat perlu dihargai, di apresiasi. Terimakasih anak-anakku kedepan tunjukkan bahwa kalian kelak memang pantas menggantikan para senior mengabdi dilapangan rumput hijau.
Laga perempat final terakhir dinihari tadi antara Korea Selatan melawan Tajikistan diakhiri drama pinalti . Pada pertandingan 2 X 45 menit, dua timnas kesebelasan bermain imbang 2. – 2 (0 – 0). Hasil akhir dua timnas yang bertanding sama-sama hati – hati 5 gol untuk Korea Selatan dan 3 Tajikistan. Dengan hasil itu Korea Selatan akan bertemu tuan rumah Arab Saudi pada babak semifinal. Sedangkan Korea Utara menghadapi Uzbeskintan. –
(mn-sar-)