BANGKIT BERSAMA MEMBANGUN BANGSA
Bangkit bersama membangun bangsa, itulah mimpi Winda. Meskipun ia mengalami kesulitan dalam mendengar dan berbicara, gadis manis itu tak meratapi nasib ataupun meminta-minta belas kasih orang lain. Bermodalkan semangat dan keyakinan, Winda berjuang untuk bangkit di tengah keterbatasan hingga menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Selain menekuni keterampilan menjahit dan menyulap barang bekas menjadi barang bernilai ekonomis, Winda selalu menyempatkan diri menjelajahi tapal batas negara yaitu kabupaten Nunukan. Ia mencari para penyandang disabilitas lainnya untuk mengajak mereka membentuk kelompok dan mengembangkan rumah kreatif yang telah dibangunnya sejak 2015.
Usaha Winda tersebut diapresiasi oleh Faridah Aryani selaku Kepala Dinas Sosial Kabupaten Nunukan, menurutnya disabilitas bukanlah orang yang tidak mampu melakukan suatu hal, melainkan dalam melakukan sesuatu, mereka harus dibantu dan disinilah peran pemerintah melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia sangat bernilai membangkitkan semangat para penyandang disabilitas.
Melalui program Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan sosial (PPKS), pemerintah hadir membantu perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar, sebagaimana tertuang dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2019.
Winda hanyalah titik kecil dari fokus sasaran pemerintah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Terdapat 26 jenis PPKS yaitu anak dan balita terlantar, anak yang berhadapan dengan hukum, anak jalanan, anak dengan kedisabilitasan, anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah, anak yang memerlukan perlindungan khusus, lanjut usia, terlantar, penyandang disabilitas, tuna susila, gelandangan, pengemis, pemulung, kelompok minoritas, bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan, orang dengan HIV/AIDS, korban penyalahgunaan NAPZA, korban trafficking, korban tindak kekerasan, pekerja migran bermasalah sosial, korban bencana alam, korban bencana sosial, perempuan rawan sosial ekonomi, fakir miskin, keluarga bermasalah sosial psikologis dan komunitas adat terpencil.
Di 2022, bantuan dari Kementerian Sosial melalui Dinas Sosial Kabupaten Nunukan sudah berjalan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani seperti pengadaan kaki palsu dan alat pendengaran. ODGJ pun telah diberikan rujukan ke sentra “Budi Luhur” Banjarbaru untuk mendapatkan rehabilitasi, perlindungan dan pengembangan keterampilan lebih lanjut. Selain itu, program pemberian makanan untuk para lansia, anak yatim piatu dan disabilitas telah dijalankan pada Desember ini.
Setiap program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Nunukan dibawah Kementerian Sosial RI tak lepas dari berbagai tantangan, seperti belum adanya pengelompokan masyarakat dan data penerima bantuan yang valid serta terverifikasi sehingga menyulitkan pemerintah untuk menyalurkan bantuan secara merata. Untuk itu, dibutuhkan peran seluruh sektor termasuk keluarga dan masyarakat untuk bangkit bersama membangun bangsa.