Peringati 1 Muharram 1447 H, Warga Masyarakat Dusun Mujan Klungkung – Sukorambi Gelar Ritual Tradisi Budaya Sandhorellang

Peringati 1 Muharram 1447 H, Warga Masyarakat Dusun Mujan Klungkung – Sukorambi Gelar Ritual Tradisi Budaya Sandhorellang
Jember “Menara News. On Line”. Sudah menjadi tradisi sekaligus budaya disetiap 1 Muharram atau 1 Suro dalam kalender Hijriyah bagi warga masyarakat dusun Mujan desa Klungkung Kecamatan Sukorambi selalu menggelar kegiatan ritus Sandhorellang. Dimana ritual ini dilaksanakan di pemakaman umum tertua Bujuk Takka dengan melantunkan puji pujian disertai gerakan membentuk lingkaran yang melingkari makam para bujuk setempat.
Sementara itu pelaksanaan ritual itu sendiri berupa puji pujian yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga sebagai wujud rasa syukur serta memohon ampunan bagi leluhur yang telah meninggal dunia. Yang terpenting lagi yakni mempererat tali silaturahmi antar keluarga, masyarakat dan para keturunannya dusun tersebut (Jumat, 17/6/2025).
Camat Sukorambi Asrah Joyo Widono dalam sambutannya mengatakan ritus Sandhorellang adalah tradisi budaya Dusun Mujan Klungkung yang harus di pertahankan dan dilestarikan dari waktu ke waktu oleh warga masyarakat setempat. Bahkan dari generasi ke generasi keberadaan ritual Sandhorellang haruslah di jaga kekestariannya sebagai bentuk komitmen bersama. Mengingat budaya ritus Sandhorellang tidak ada duanya di Jember ini pada penyebaran sejarah budaya lereng gunung Argopuro.
“Saya sangat mengapresiasi terhadap komitmen warga masyarakat dusun Mujan Klungkung atas pelaksanaan Ritual Sandhorellang hari ini 1 Muharram 1447 H. Dimana ratusan warga dusun Mujan kumpul bersama di pemakaman umum Bujuk Takka sebagai bentuk penghormatan tertinggi sekaligus melakukan ritual doa dan permohonan yang menunjukkan suatu tekad kebersamaan dan menjunjung tinggi silaturahmi. Ritus Sandhorellang ini sudah mendapatkan pengakuan serta penghargaan nasional sebagai budaya tak berwujud benda sebagai warisan leluhur yang harus di lestarikan”, ungkapnya penuh khidmat.
Hal yang sama juga disampaikan tokoh pemuda desa Klungkung Muzanni bahwa kegiatan ritus Sandhorellang kali ini sudah memasuki generasi ke 7. Mengingat pentingnya ritus Sandhorellang dan sebagai upaya pelestariannya kepada generasi muda akhirnya disepakati bersama di masukkan menjadi kurikulum muatan lokal (mulok) pembelajaran kebudayaan bagi sekolah setempat. Seperti yang telah di ketahui bahwa desa Klungkung di tahun 2023 kemarin telah mendapatkan predikat 5 desa budaya terbaik tingkat nasional. Dan yang membanggakan ritus Sandhorellang telah menjadi iconiknya desa Klungkung Kecamatan Sukorambi, ungkapnya.
Sementara itu pembina Sandhorellang Mujan-Klungkung Baburahman mengungkapkan puji syukur kepada ALLAH SWT hari ini warga masyarakat berduyun duyun datang melakukan doa bersama di pemakaman umum tertua desa Mujan Klungkung sebagai wujud rasa syukur dalam giat ritus Sandhorellang.
“Saya sebagai orang yang dituakan akan selalu menjaga adat dan tradisi yang berlaku khususnya ritus Sandhorellang ini. Harapan kami kedepannya ritus Sandhorellang ini menjadi agenda destinasi wisata provinsi maupun nasional”, tandasnya penuh semangat.
Sungguh sangat menarik dari seluruh rangkaian kegiatan Sandhorellang sebelum hari pelaksanaan ritual warga di sajikan baca seni Macopat dan malamnya diteruskan dengan hotmil qur’ an sebagai bentuk penghambaan ummat kepada sang pencipta ALLAH SWT.
Di lain pihak dari hasil giat ritus Sandhorellang hari ini yang di saksikan para pihak dan kalangan akademisi maupun penggiat sejarah ternyata di pemakaman umum bujuk Takka Dusun Mujan Klungkung ini banyak ditemukan nisan nisan tua yang terbuat dari batu andesit berbentuk lingga. Dan yang uniknya lagi di makam bujuk Takka pada nisan utama tertanda diperkirakan abad 11-12 Masehi yang bertuliskan angka pallawa. Yang konon warga masyarakat setempat menyatakan ada keterikatan langsung kebudayaan tua di desa Kamal Arjasa yang sama sama satu alur penyebaran budaya lereng gunung Argopuro (MN – staw).