News

HUT Kemerdekaan RI Yang Dilupakan Oleh Moch Eksan

HUT Kemerdekaan RI Yang Dilupakan
Oleh Moch Eksan

Jember .1 april 2023.Menaranews.online“Pada Tanggal 9 Ramadhan 1444 Hijriah, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) genap berusia ke-80 tahun. Sebuah Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan berdasarkan kalender Hijriah yang tak pernah dirayakan. Seluruh elemen anak bangsa, tak ada satu pun ingat pada tonggak peristiwa sejarah penting yang membawa negeri ini pada kemerdekaan.

Padahal, proklamasi kemerdekaan Indonesia, tak lepas dari spirit puasa Ramadhan. Banyak anak negeri ini tak tahu. Bahwa 17 Agustus 1945 itu bersamaan dengan 9 Ramadhan 1364 Hijriah. Ternyata, pemilihan Tanggal 17 dan Hari Jumat berdasarkan pertimbangan spiritual. Ada makna simbolik di balik hari dan tanggal tersebut.

Bung Karno ternyata mengakui bahwa 17 merupakan angka keramat. Al-Quran diturun pada 17 Ramadhan. Dan, sholat sehari semalam sebanyak 17 rakaat. Sementara, Jumat adalah sayyidul ayyam (pemimpin hari) yang dimuliakan.

Penentuan hari dan tanggal kemerdekaan berdasarkan rekomendasi dari ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Yaitu KH Abdoel Moekti dan KH Hasyim Asy’ari. Dua ormas Islam terbesar di Indonesia berarti ikut mendirikan NKRI sebagai pancang beton bangunan keindonesiaan.

Sesungguhnya, bagi Indonesia, bulan Kemerdekaan bukan hanya bulan Agustus tetapi juga bulan Ramadhan. Semestinya kita memperingati proklamasi kemerdekaan dua kali dalam setahun. Namun, pengambil kebijakan dan penyelenggara negara hanya menggelar HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus saja. Sedangkan 9 Ramadhan sama sekali dilupakan.

Bung Hatta juga mengakui pesan simbolik Ramadhan yang membulatkan tekad para tokoh untuk membidani Indonesia merdeka. Namun, nuansa kemerdekaan selama ini tak pernah tampak. Spirit Ramadhan benar-benar diceraikan dari kemerdekaan.

Seperti yang kita maklumi, Ramadhan bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam Indonesia. Bulan yang memiliki makna keagamaan dan kebangsaan sekaligus. Makna tersebut berupa itqon minannar (kebebasan dari api neraka), dan Al-Istiqlal ‘anil-Isti’mar (kemerdekaan dari penjajahan).

Memang secara historis, Ramadhan bulan kemenangan. Dua peperangan penting dan strategis dalam perjalanan sejarah Islam dunia, terjadi di bulan ini. Yaitu perang Badar dan penaklukan Makkah.

Pertama, Perang Badar adalah perang antara pasukan muslim dengan pasukan Quraisy yang terjadi di Badar Hunain. Sebuah kota di Provinsi Madinah yang jaraknya tak kurang dari 130 KM dari Kota Suci tersebut. Perang besar pertama ini berlangsung pada 17 Ramadhan 2 Hijriah atau bertepatan dengan 13 Maret 624 Masehi.

Pertempuran yang menewaskan 14 dari pasukan muslim dan 70 dari pasukan Quraisy ini dari segi personel taklah seimbang. Bagaimana tidak, jumlah Pasukan Nabi Muhammad hanya 313 orang. Sementara, jumlah pasukan Amr Bin Hisyam 1000 orang. Kendati tak seimbang, pasukan muslim memenangkan perang yang berlangsung 2 jam ini.

Kemenangan pada Perang Badar mengokohkan posisi Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama dan negara Madinah. Kekuatan kaum muslim dari Muhajirin dan Ansor akhirnya sangat diperhitungkan oleh kaum yang lain. Setelah mereka sebelumnya terusir dari negara kelahirannya. Juga, mereka seringkali menjadi sasaran bully dan persekusi.

Kedua, Penaklukan Mekkah adalah agresi militer kaum muslimin terhadap kaum Quraisy yang telah wanprestasi terhadap Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian genjatan senjata yang berlangsung 10 tahun antara Madinah dan Mekkah. Perjanjian damai ini diciderai oleh serangan Bani Bakr yang merupakan sekutu kaum Quraisy terhadap Bani Khuza’ah yang merupakan sekutu kaum muslimin.

Pasukan Nabi Muhammad menaklukan Mekkah dengan kekuatan 10.000 pasukan. Aksi pembebasan Mekkah ini terjadi pada 20 Ramadhan 8 Hijriah atau bertepatan dengan 630 Masehi. Ada 2 korban dari pihak kaum muslimin. Dan 13 dari kaum Quraisy.

Penaklukan Makkah ini nyaris tak ada perlawanan. Nabi Muhammad bersama pasukannya masuk ke Kota Mekkah dengan sangat mudah dan lancar. Diawali dengan tawaf di Ka’bah dan menghancurkan semua berhala yang ada di Masjidil Haram.

Rasulullah SAW kemudian menjatuhkan hukuman mati terhadap 17 orang Mekkah yang bertindak jahat pada kaum muslimin. Meskipun pada akhirnya beberapa orang di antara mereka diberikan amnesti.

Alhasil, kemenangan dua perang besar di atas pasti mengilhami para tokoh kemerdekaan Indonesia untuk membebaskan negeri ini. Anies Rasyid Baswedan mengatakan bahwa para pendiri bangsa mendirikan negara bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme, akan tetapi juga untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute

(MN-STA)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button